SURABAYA, tretan.news – Dunia seni peran memang sering mengecoh. Apa yang disajikan pada layar kaca sering paradoks dengan kenyataan hidup pemerannya. Tidak juga Talitha Curtiz Winn, mantan selebritis kelahiran Bandung, 6 Juli 2002 menapak dunia hiburan sebelum remaja tahun 2014 hingga 2021.
Kecantikannya diwarisi dari mamanya yang berhubungan gelap dengan relasinya bule. Begitu lahir dia diasuh oleh seorang wanita bersuamikan bule Ausi yang belum dikaruniai momongan. Selama ini publik mengira wanita tersebut adalah ibu kandungnya namun justru sosok itulah yang menjadi sumber petaka kehidupan Talitha.
Beberapa sinetron FTV yang dihiasi kepiawaiannya berakting diantaranya berjudul Badai, Ganteng Ganteng Serigala, Nyi Roro Kidul, Oh Mama Oh Papa, dan sederet lakon lainnya.
Kini Talitha tengah menghayati putaran roda hidup di bawah, sangat bertolak belakang dengan segala kemewahan. Kondisinya pernah serba kekurangan. Dengan segala ketegaran seakan dia bangkit dari kuburan takdir kemudian menemukan semangat baru disertai kesadaran spiritualitas.
“Berkat kasih sayang Tuhan saya masih hidup hingga hari ini,” tutur Talitha dengan suara bergetar.
TERPURUK
Dulu. Perawatan tubuh dari ujung rambut hingga kuku menjadi rutinitas harian nun semuanya tinggal kenangan. Ketika roda kehidupan berputar, Talitha harus menghadapi kenyataan pahit. Dari artis penuh sanjungan lalu terpuruk bahkan nyaris kehilangan nyawa.
Talitha berbagi kisah hidupnya di podcast yang diampu Denny Sumargo. Di sana ia membuka seluruh luka hidupnya, membiarkan dunia menyaksikan kejatuhannya sebagai langkah menuju kebangkitan.
Dalam percakapan selama satu jam lebih Talitha mengudar berbagai cobaan hidup yang menghancurkan dirinya sekaligus membentuknya kembali. Penonton tak mampu menahan air mata namun Talitha tampak begitu tegar mengungkap apa yang orang lain tak mampu melakukan.
TITIK NOL
Sejak usia 12 tahun selama tujuh tahun dia dijadikan mesin uang oleh ibu tirinya guna memenuhi kebutuhan keluarga. Keuangan selama jadi bintang dikendalikan oleh ibunya, dan ketika runtuh membuat Talitha harus menelan pil pahit.
Ia tak mampu membayar kontrakan, token listrik, bahkan untuk makan kadang hanya mampu membeli keripik singkong lalu meminta nasi pada pemilik rumah kos.
“Saya benar-benar di titik nol,” tutur Talitha sambil tersenyum. Meski raut wajahnya tambun namun tetap memancarkan kecantikan.
Talitha juga mengungkap permasalahan keluarga yang menambah luka hatinya. Sang ayah meninggalkan dirinya sejak kecil sementara hubungan dengan sang ibu diwarnai konflik besar hingga ia harus hidup sendirian ditemani paman dan tantenya.
Yang mengejutkan, pada saat kelas 4 Sekolah Dasar dia menemukan akte kelahirannya. Dari situlah Talitha baru mengetahui kalau dirinya merupakan anak pungut.
Sedangkan ibu kandungnya meninggal akibat kecelakaan lalu lintas. Yang ironis, ketika itu ibunya sedang kondisi hamil anak keempat tanpa suami, seperti halnya Talitha , dia lahir tanpa tau siapa ayahnya.
Dia juga mengetaui bahwa ibunya berprofesi sebagai wanita penghibur, dua saudara Talitha beda ayah pun tak diketaui rimbanya.
“Aku belum pernah tau wajah ibu kandungku. Aku bahkan tidak tau di mana makamnya,” ujar Talitha.
Semuanya ditutup rapat-rapat oleh ibu tirinya. Sedangkan ayah tirinya asal Australia juga menghilang sejak dirinya semasih anak-anak.
DEPRESI
Terpuruk kemudian depresi, Talitha hampir menyerah pada hidupnya. Ia sempat masuk ke dunia malam, melakukan berbagai pekerjaan demi bertahan hidup, hingga menato tubuhnya di 23 titik.
Berat badannya melar dari 55 Kg menjadi 112 kg, jauh dari bentuk ideal yang dulu menjadi salah satu aset utama jagat seni peran.
Namun dalam keterpurukan, Talitha menemukan secercah harapan. Ia mulai berjualan jajanan di pinggir jalan untuk membiayai hidup. Bersama om dan tantenya, ia menata kembali hidupnya di sebuah kontrakan sempit.
Kini di usia 22 tahun Talitha bertekad untuk kembali ke dunia film. Ia memulai diet ketat untuk mengurangi bobot tubuh dan bekerja keras untuk membuka lembaran baru.
Di hadapan Denny Sumargo, Talitha berbicara dengan tegar tanpa setitik air mata. “Aku sudah mati rasa,” ujarnya. Justru ketegarannya itulah mengilhami banyak orang akan pentingnya keteguhan.
BANGKIT
Bangkit dari keterpurukan bagi seseorang yang pernah berada di puncak bukan hal mudah. Namun, Talitha menerima takdir dan berusaha. Iya yakin bisa kembali berdiri bahkan lebih kuat dari sebelumnya.
Talitha telah menunjukkan bahwa meskipun hidup penuh ujian, keajaiban akan datang bagi mereka yang tidak kenal menyerah. Kini ia melangkah dengan kepala tegak, menatap masa depan dengan rasa syukur.
Masih saja ada harapan baru karena hidup selalu baru setiap waktu. Baru dan selalu baru tidak ada yang mengulang