Aliansi Wartawan Surabaya (AWS) Gelar Pelatihan Jurnalistik di Pondok Pesantren Tertua di Madura

Berita, Pendidikan260 Dilihat

Sampang, tretan.news – Aliansi Wartawan Surabaya (AWS) menggelar pelatihan jurnalistik untuk para santriwan dan santriwati Pondok Pesantren Nazhatut Thullab, Prajjan, Kecamatan Camplong, Kabupaten Sampang.

Dikenal sebagai salah satu pondok pesantren tertua di Madura, didirikan oleh Kyai Abdul Alam pada tahun 1702, Nazhatut Thullab terus berperan aktif dalam pendidikan agama dan umum.

Pelatihan yang digelar AWS ini merupakan bagian dari program pengabdian masyarakat mereka, dengan tujuan memberikan ilmu jurnalistik kepada generasi muda.

Ketua Umum AWS, Kiki Kurniawan, menegaskan bahwa kegiatan ini juga sejalan dengan cita-cita untuk melanjutkan perjuangan pendahulu bangsa.

“Pelatihan ini bukan hanya soal ilmu jurnalistik, tetapi juga soal meneruskan nilai-nilai juang yang telah diwariskan kepada kita untuk generasi penerus,” ujarnya.

AWS berharap pelatihan ini dapat meningkatkan keterampilan santri dalam bidang jurnalistik dan konten kreatif, sehingga mereka memiliki dasar yang kuat jika kelak terjun ke dunia jurnalisme.

Ketua Umum AWS Kiki Kurniawan menyampaikan materi dasar jurnalistik, diikuti oleh Samsul Muarif Setiawan, S.Ikom, Ketua Bidang Ekraf AWS, yang membahas konten kreatif. Syaiful Hidayat, S.Pd, anggota Bidang Pendidikan AWS, memberikan motivasi terkait kepenulisan.

Kiki Kurniawan menjelaskan bahwa prinsip-prinsip jurnalistik sejalan dengan beberapa ajaran Islam, seperti kejujuran (Al-Sidq), keadilan (Al-‘Adl), dan amanah (kepercayaan). Ia menegaskan bahwa jurnalis harus bertanggung jawab menyampaikan berita yang benar dan adil tanpa manipulasi.

“Jika kita menerapkan nilai-nilai ini, insya Allah, informasi yang diterima masyarakat akan berdampak positif dan membantu membangun negeri,” tegasnya.

Samsul Muarif Setiawan dalam sesinya memperkenalkan sejarah penting dalam perkembangan teknologi, di mana kamera ditemukan oleh cendekiawan Muslim, Ibnu Al-Haytham. Ia menekankan pentingnya memahami sejarah agar generasi muda dapat memanfaatkan ilmu pengetahuan dengan bijak.

“Penemuan kamera berasal dari teknik optik yang dikembangkan oleh Ibnu Al-Haytham, dan hingga kini, teknologi itu terus berkembang. Kita harus memahami sejarah ini agar tidak salah dalam memanfaatkannya,” jelasnya.

Sementara itu, Syaiful Hidayat menekankan pentingnya menulis sebagai bentuk pengabdian dan pencapaian keabadian. Mengutip Pramoedya Ananta Toer, ia mengingatkan bahwa seseorang yang tidak menulis akan hilang dari sejarah.

“Menulis adalah cara untuk memastikan keberadaan seseorang tetap diingat oleh masyarakat dan sejarah. Melalui tulisan, kita dapat mewariskan gagasan dan pemikiran yang melampaui waktu,” tuturnya.

Pihak Pondok Pesantren Nazhatut Thullab, yang diwakili oleh Ustadz Samsul, S.Ag., MM., Ustadz Darwis Abrory, M.Pd., dan Ustadz Muh. Sholeh Hoddin, M.Pd.I., menyampaikan rasa terima kasihnya atas pelaksanaan pelatihan tersebut. Mereka berharap agar program pelatihan ini dapat berlanjut di masa depan.

“Kami berharap pelatihan ini tidak berhenti sampai di sini, tetapi juga mencakup jurnalistik foto dan video, sehingga para santri memiliki keterampilan yang lebih lengkap,” ungkap Ustadz Sholeh.

Pelatihan ini diharapkan mampu menginspirasi para santri untuk terus belajar dan mengembangkan keterampilan jurnalistik serta kepenulisan, sebagai bagian dari upaya membangun generasi muda yang berpengetahuan luas dan memiliki akhlakul karimah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *