SURABAYA, tretan.news – Beberapa waktu terakhir, publik digemparkan oleh viralnya sebuah insiden inspeksi mendadak (sidak) yang terjadi di salah satu wilayah.
Kejadian ini, alih-alih dijadikan bahan refleksi bersama, justru berubah menjadi ajang panggung dan pencitraan oleh sejumlah pihak.
Ada upaya memanfaatkan momentum tersebut bukan untuk perbaikan sistem, melainkan demi popularitas dan, yang lebih menyedihkan, demi keuntungan pribadi.
Ainul Makin S.E., Ketua Laskar Tretan Perjuangan DPC Surabaya, angkat suara menanggapi fenomena ini.
“Saya mengharap kepada siapapun, jangan jadikan momen sidak ini sebagai sensasi untuk mencari nama, mencari muka, apalagi demi kepentingan pribadi atau kelompok,” ujarnya.
Tak hanya itu, beredar pula kabar bahwa beberapa kelompok, baik yang mengatasnamakan LSM, organisasi masyarakat, hingga komunitas berbasis identitas, berencana melakukan aksi unjuk rasa yang dinilai tidak dilandasi semangat murni perjuangan rakyat.
Aksi tersebut dicemaskan hanya menjadi alat tawar-menawar dan bagian dari strategi sesaat.
“Bila demonstrasi hanya dijadikan panggung untuk kepentingan pribadi dan kelompok tertentu, tanpa memikirkan dampak jangka panjang bagi masyarakat luas, maka nilai-nilai perjuangan itu sendiri yang akan ternodai,” lanjut Makin.
Ia mengingatkan bahwa kebebasan berekspresi dan menyampaikan pendapat di muka umum adalah hak setiap warga negara, namun hak tersebut harus dijalankan dengan tanggung jawab moral dan etika publik.
“Jangan mencederai pergerakan moral dan demokrasi. Jangan mengatasnamakan seluruh masyarakat atau identitas tertentu demi kepentingan pribadi,” tegasnya lagi.
Kekecewaan ini bukan tanpa dasar. Dalam sejarah pergerakan, terlalu sering semangat perubahan justru dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang tidak benar-benar berjuang bersama rakyat. Mereka hadir bukan untuk memperbaiki sistem, tapi untuk menegosiasikan kepentingan.
“Jika pola ini terus dibiarkan, maka perjuangan yang sejatinya sakral bisa berubah menjadi sekadar narasi kosong yang digunakan untuk presentasi dan kompensasi. Bahkan bisa menjadi alat negosiasi untuk mendapatkan posisi dalam koalisi,” ungkapnya.
Pesan yang ingin ditegaskan dalam tulisan ini sederhana namun penting:
Perjuangan rakyat harus dijaga kemurniannya. Kebebasan berpendapat adalah hak yang harus dihormati, namun jika disalahgunakan, maka ia akan berubah menjadi senjata yang justru merugikan rakyat itu sendiri.
Kita semua bertanggung jawab untuk menjaga agar ruang demokrasi tidak disesaki oleh kepentingan-kepentingan sempit yang bersembunyi di balik jargon-jargon perjuangan.
Perlu kedewasaan dalam bertindak, ketulusan dalam bergerak, dan integritas dalam bersuara.
Sebab jika tidak, suara rakyat yang sejati akan kalah oleh bisingnya ambisi pribadi yang dibungkus rapi dengan narasi perjuangan.