Lakon “Wayang Goblok Demo”

Rokimdakas Penulis Esai

Artikel, Berita193 Dilihat

Tretan.news – Wayang nggak akan eksyen jika tak ada dalang. Dalang tak akan bergaya jika tidak ada yang membayar. Yang membayar tidak akan merogoh kantong jika tidak punya hajat. Elit politik pesakitan saat inipun demikian. Mereka urunan sesama pesakitan nanggap wayang.

Panggung Indonesia hari ini seperti itu. Pihak penanggap memesan lakon “Geruduk DPR”. Ada dua peran yang disetting yaitu Rakyat-Rakyatan dihadapkan Jokowi. Ini lakon carangan bukan lakon klasik dari kisah Mahabarata.

Banyak dalang yang tidak tertarik untuk menerima order tersebut karena dianggap mengingkari hati nurani, mereka tidak mau munafik.

Selama sepuluh tahun Indonesia dipimpin Jokowi, data berbicara 82% rakyat mencintai pemimpin yang pernah tinggal di stren kali dan pernah digusur Satpol PP, saking melarate. Rakyat merasa puas atas karya-karyanya. Banyak pembangunan yang telah dicapai.

“Mending tidak tanggapan daripada munafik.” Beberapa dalang kondang menyatakan demikian.

Lain halnya dengan dalang anyep. Saking ayepe order sampai nyambi makelaran untuk mengasapi dapur. Mendengar ada orderan tanpa pikir panjang langsung disaut.

Dalang anyep sepi tanggapan tentu kurang terlatih. Ketika pementasan semalam suntuk lebih banyak diisi dangdutan campursari. Ndalangnya tidak sampai dua jam, itupun berupa adegan perang. Materi ceritanya sangat minim alias miskin pola penuturan atau antawicara.

Bagi penggemar wayang pasti tau kualitas dalang semacam itu. Bisa dikata dalang anyep tergolong dalang ‘KW‘ cenderung goblok. Karena goblok yang dimainkan juga wayang goblok.

Wayang goblok inilah yang diprovokasi untuk demo ke Jakarta oleh bohir-bohir politik di belakang layar. Diantara wayang goblok itu ada yang bergelar profesor, aktivis juga politikus dari partai sakit hati. Ini bukan wayang waras sehingga segala gerakannya jauh dari kata menarik.

Masio goblok mereka tidak menyadari kalo goblok. Goblok karena tidak tau kalo mereka dijadikan alat proxi. Tidak tau siapa yang mengatasi tranportasi dan akomodasi, yang penting kebutuhannya sudah ada. Gitu aja, nggak banyak cingcong!

Sampai di tempat demo para wayang langsung eksyen, rame-rame melakukan masturbasi pikiran. Bengak-bengok, selfa-selfi lalu diunggah ke medsos. Lagaknya macam wong yess.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *