Kesalehan Politik dan Masjid As-sakinah

Artikel442 Dilihat

SURABAYA, Tretan.news – Menurut mashab politik klasik (baca:ariestoclas), politik sering diartikan sebagai proses mempengaruhi dalam membuat kebijakan untuk kepentingan seluruh warga politik

Namun pada tataran praktis politik kekuasaan, politik sering direalisasikan sebagai sesuatu mencari dan mempertahankan kekuasaan guna mencapai sumber sumber materi kekusasaan (baca: machiavelly). Lalu politik sering diduga sebagai area penuh intrik, tipu daya. Dalam politik, norma akhlak dan moralitas sering kali dipinggirkan demi lestarinya kekuasaan. Segala macam cara ditempuh untuk mengabadikan kekuasaan.

Arus deras politik inilah yang membuat Muhammad Abduh, seorang pemikir besar asal Mesir, berkata, “Aku berlindung kepada Allah dari politik dan para politikus.”

Bagi Abduh, politik mungkin menjadi monster yang menakutkan, terutama saat perilaku kotor yang melanggar norma-norma Islam. Rambu-rambu etika tak lagi mampu mengerem syahwat berkuasa yang bergelora dan bergemuruh di dalam dada mereka.

Dilain pihak Mahmud Muhammad Toha, seorang pemikir Islam Sudan, sekaligus pejuang politik Sudan justru berpendapat bahwa politik adalah hal yg selalu melekat pada setiap masyarakat, oleh karenanya harus diperjuangkan guna membentuk sebuah masyarakat “shalih”, yaitu masyarakat yang tegak di atas prinsip persamaan ekonomi, politik dan sosial.

Oleh karenanya, politik bukan suatu hal yang haram dan dilarang. Politik bisa menjadi ladang amal saleh yang menggiurkan untuk mendapatkan jaminan keselamatan di akhirat. Politik bisa menjadi kunci untuk menggapai rida Allah.

Dari sini mungkin dapat kita pahami, bahwa Kesalehan Politik adalah kebijakan yg di ambil oleh pemerintah untuk kebaikan bersama warga masyarakat yg kenai kebijakan itu.

Pembangunan Masjid As-Sakinah potret Kesalehan Politik. Tepatnya sudah 1tahun yang lalu, masjid As-Sakinah surabaya di bongkor oleh pemerintah surabaya. As-Sakinah yang terletak di Komplek Balai Pemuda Surabaya Jalan Gubernur Suryo No.15 Surabaya. Pernah hancur dan tinggal reruntuhan bangunan tersisa yang berdiri tegak.

Masjid yg sebelumnya sudah di tahkyin (diresmikam) berdiri sendiri itu semula di bongkar dan akan dibangun menjadi satu gedung dengan pembangunan gedung DPRD kota Surabaya. Melihat kekeliruan kebijakan itu KBRS (Komunitas Bambu Runcing Surabaya) dan beberapa organisasi lain di surabaya bersama sama, bergerak melakukan protes atas kebijakan yg diambil pemerintah Surabaya.

Gerakan kesalehan Politik untuk membangun ulang Masjid As-Sakinah, dan berdiri sendiri di atas tanah merupakan, perjuangan serius sesuai kaidah kaidah hukum Islam yg berlaku. Bahkan perjuangan kesalehan politik atas Masjid As-Sakinah, kawan kawan KBRS berdasarkan atas fatma NU, Muhammadyah dan MUI Jatim. Artinya bahwa perjuangan kala itu betul betul ada alasan penting sebagai dasar pijakan atas kekeliruan kebijakan yg di keluarkan oleh pemerintah Surabaya.

Mungkin atas dasar, Fatwa ulama (NU, Muhammadiyah dan MUI) tentang hukum Masjid yang sudah di tahkyin. atau karena begitu kegigihannya kawan kawan KBRS dan element organisasi lain untuk tetap mempertahankan nilai-nilai kesalehan politik atas pembangunan ulang Masjid as-Sakinah sesuai dengan kaidah hukum Islam.

Bahkan bisa jadi, memang sudah ada dasar kesalehan politik pada diri pemimpin atau Pemerintah Surabaya. Sehingga melalui kepala Dinas Ciptakarya dan Perumahan Rakyat, Ery Cahyadi mengambil sikap kesalehan politik yg sangat indah. Dengan mengambil kebijakan bahwa Masjid as-Sakinah tetap berdiri sendri diatas tanah seperti semula, bahkan yang lebih indahnya lagi bahwa pembangun Masjid as-Sakinah tersebut di bangun lebih megah dan apik, sementara model dan arsitektur bangunan yang akan di bangun, Ery Cahyadi sebagai Dinas Ciptakarya dan perumahan Rakyat ( sekarang Kepala Bapekko) meminta masukan dari semua element masyarakat yang terlibat.

Demokratisasi dan kesalehan Politik yang disuguhkan oleh pemerintah tersebut, menjadi pilihan yg sangat penting dan final. Guna menata dan memposisikan warga surabaya sebagai mitra kebijakan pemerintah Surabaya ke depan. Pemimpin yg mempunyai dasar kesalehan politik adalah membuahkan hasil yg kondusifitas Surabaya sebagai kota yang “elok”, tidak hanya tata ruang kotanya. tetapi menghasilkan juga kenyamanan seluruh warga kota Surabaya baik secara sosial, ekonomi dan budaya.

Kesalehan politik di zaman sekarang ini menjadi sangat urgen. “Sesungguhnya manusia yang paling dicintai oleh Allah dan paling dekat tempat duduknya kepada Allah pada hari kiamat adalah seorang peminpin yang adil. Dan manusia yang paling dibenci dan jauh dari Allah tempat duduknya di hari kiamat adalah seorang peminpin yang kejam.” (HR Tirmidzi).

Kesalehan dan keadilan dalam politik merupakan syarat mutlak bagi pemimpin Surabaya mendatang, agar dicintai oleh Allah. Dengan begitu, doa-doanya pun akan dikabulkan dan di akhirat mendapat naungan-Nya. Semoga.

Penulis adalah pegiat Social Empowering Di TCC (Tretan Community Center)

Pernah nyantri di UGM Yogyakarta.

Oleh : Don Nasir

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *