Prof. Dr. Bambang Tjahjadi: Semua Negara Mengamankan Diri Dari Kesulitan

Penulis Esai : Rokimdakas

Artikel, Berita, Tokoh141 Dilihat

SURABAYA, tretan.news – Dinamika geopolitik berubah cepat, masing-masing negara berusaha keras untuk mengamankan kondisinya di tengah situasi yang tidak menentu, terutama di bidang ekonomi.

Prof. Dr. Bambang Tjahjadi, SE, guru besar Universitas Airlangga dan UK. Widya Mandala Surabaya berdialog dengan Rokimdakas (RD) membahas tema aktual berikut:

RD : Bagaimana memberi pemahaman kepada publik terkait dengan dinamika geopolitik yang berkembang begitu cepat sehingga kondisi yang seperti sekarang sulit dihindari?

BT : Semua negara sedang menderita, termasuk negara-negara besar. Masing-masing negara melakukan konsolidasi sendiri-sendiri.

RD : Artinya lebih mengamankan dirinya sendiri?

BT : Ya seperti itulah.

RD : Lantas apa artinya antar kepala negara saling bertemu kemudian sepakat untuk bekerjasama, dengan adanya perubahan semacam ini kan bisa berubah juga kesepakatan yang dibuat?

BJ : Bisa saja begitu, kan namanya dinamika. Suatu kondisi perubahan yang berlangsung begitu cepat tanpa bisa diduga. Apalagi semua negara sedang tidak baik-baik saja. Beruntung Indonesia lumayan baik.

RD : Maksudnya lumayan bagaimana?

BT : Lumayan baik itu artinya masih bisa makan. Sedangkan di negara-negara lain untuk makan saja susah. Perekonomian kita masih tumbuh, yaah… lima persen lah.

Kondisi tersebut masih positif, itu yang perlu disampaikan oleh pemerintahan Prabowo-Gibran untuk menyiarkan bahwa Indonesia tergolong aman dibanding dengan negara-negara lain.

RD : Pendapat Anda tentang efisiensi?

BJ : Efisiensi itu harus. Pilihannya itu ada dua, utang atau efisiensi?

RD : Lebih baik mana?

BJ : Tentu lebih baik efisiensi. Boleh dibilang kita itu terlalu boros!! Kalau saja Pak Prabowo mangkas APBN sampai ratusan trilyun, itu wajar. Bahkan bisa dibilang bagus sekali. Efisiensi itu harus. Perlu dipangkas yang namanya meeting, kunjungan luar negeri, studi banding, seminar atau apalah ..

RD : Banyak kamuflasenya …

BJ : Iya. Pada era digital ini kan lebih efisien. Nggak perlu cetak laporan, rapat bisa zoom.

RD : Beralih ke hilirisasi. Begitu kebijakan hilirisasi dicanangkan oleh Presiden Jokowi kita menghadapi banyak musuh, baik di Eropa maupun proxy yang melibatkan para elit sebagai komprador kapitalis global. Keyakinan apa yang harus dipahami publik bahwa hilirisasi sebagai suatu kebenaran?

BJ : Memang langkah yang benar. Seperti Pak Prabowo bilang, mau terus jadi kacung atau tidak? Selama ini kita jadi kacung kapitalis global dengan mengekspor segala yang bersifat basic…

RD : Dan murah …

BJ : Kalau yang basic pasti harganya murah. Kalau “raw material”, bahan mentahnya diolah di dalam negeri kemudian diekspor pasti harganya tambah baik. Misal ekspor kopi, sekedar kopi saja ya murah.

Ekspor coklat juga murah. Padahal kalau dikirim ke Eropa, diolah di sana lalu dikembalikan ke sini, kita membelinya dengan harga mahal.

Yang disebut keberlanjutan dari Pak Jokowi ke Pak Prabowo menyangkut hilirisasi ya begitu itu.

Malah Pak Prabowo sekarang lebih keras, lebih berani. Karena background-nya militer maka tepat dengan sikap kerasnya melindungi kepentingan negara.

Termasuk menyetop ekspor gas ke Singapura, Malaysia juga Timor Leste. Apalagi dalam negeri sendiri membutuhkan.

RD : Keputusan itu tidak bisa lagi diperlambat ya?

BJ : Yaiyalah … Negara kita ini negara besar, penduduknya terbesar keempat di dunia tersebar di ratusan pulau, kondisinya masih kekurangan lustrik. Beberapa pulau masih byar-pet, byar-pet … Ngapain diekspor?

RD : Begini masalahnya, masyarakat kadang bingung dalam memahami situasi dan kondisi kekinian akibat banyak narasi sesat yang disampaikan oleh oposan kacangan tanpa menunjukkan data …

BJ : Namanya juga oposan.

RD : Apa berdemokrasi harus nyinyir?

BJ : Ya enggak juga tapi kan nggak bisa dihindari. Yang penting itu mendidik masyarakat. Kalau ada yang bicara ya dilawan dengan bicara. Pikiran dilawan pikiran. Kalau tetap nyinyir dibalas dengan fakta. Mengelola Indonesia itu memang ruwet kayak lukisan saya ….

RD : Yang mana?

(Prof. Bambang Tjahjadi yang akrab disapa Mas Mbenk selain sibuk mengajar di dua perguruan tinggi juga hobi melukis. Saat ulang tahun ke 68 pada 4 Februari 2025, para mantan muridnya memberi hadiah spesial dengan menggelar karyanya dalam pameran tunggal di gedung Balai Pemuda Surabaya selama sepekan)

BJ : Saya sajikan dalam format besar sebagaimana Indonesia sebagai negara besar. Meski hanya berwarna merah putih tapi di dalamnya ada banyak yang mewarnai. Ada kuning simbol orang-orang iri hati. Yang merah sering menyalahkan orang lain, nyinyir.

Yang hitam itu orang yang tamak, serakah. Tapi yang paling penting ada Garuda Pancasila, Sumpah Pemuda dan Undang Undang Dasar. Itu yang harus dipertahankan. Kalau lepas Indonesia bubar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *