Menghormati Tradisi, Merawat Silaturrahmi: Kunjungan ke Sesepuh Morsongai Abah Usman

Penulis : M.Umar

Berita, Budaya, Sosial, Tokoh117 Dilihat

SURABAYA, tretan.new — Dalam semangat merawat budaya dan mempererat tali persaudaraan, sejumlah tokoh masyarakat Madura melakukan silaturrahmi ke kediaman sesepuh Morsongai, Abah Usman, yang beralamat di Jalan Bulak Rukem, Surabaya.

Kunjungan tersebut berlangsung pada Minggu, 13 Juli 2025, dengan dihadiri oleh tokoh masyarakat seperti H. Cholik Gubeng, Bang Arip dan H. Ansori Kilo Meter.

Silaturrahmi ini bukan sekadar pertemuan biasa. Di dalamnya terkandung nilai luhur yang telah diwariskan turun-temurun oleh leluhur Madura, bahwa menghormati orang tua dan sesepuh adalah bagian dari cara menjaga keharmonisan hidup bermasyarakat.

Terlebih, Abah Usman bukan hanya tokoh tua secara usia, tetapi juga sosok yang dituakan secara adat dan kultural dalam lingkungan tradisi Blateran Madura.

“Silaturrahmi itu bagian dari nilai Islam, dan dalam budaya Madura, itu menjadi pondasi sosial. Kita bukan hanya datang untuk menyapa, tapi juga menimba hikmah dari para sesepuh,” ujar H. Cholik saat ditemui selepas pertemuan.

Madura kerap dikenal sebagai tanah yang keras dengan watak warganya yang tegas dan penuh harga diri.

Namun, di balik itu semua, masyarakat Madura memiliki cara khas dan beradab dalam menyelesaikan konflik, yaitu dengan menjunjung tinggi musyawarah, adat, dan petuah para sepuh.

Tradisi ini dikenal dalam banyak komunitas Madura sebagai bentuk “kearifan lokal” yang berfungsi mencegah kekerasan dan merawat harmoni sosial.

Dalam konteks itu, keberadaan figur seperti Abah Usman menjadi penting. Ia adalah sumber rujukan dalam hal etika, tata krama, dan penyelesaian konflik berbasis budaya.

Pertemuan tersebut juga menjadi ruang belajar bagi generasi muda Madura untuk memahami bahwa kekuatan sejati bukan terletak pada fisik, tetapi pada kebijaksanaan dalam meredam amarah dan menjalin perdamaian.

“Madura memang keras, tapi bukan untuk mengedepankan kekerasan. Justru tradisi kami mengajarkan menyelesaikan masalah lewat adat, lewat kedewasaan, dan keteladanan,” ujar Arip.

H. Ansori menegaskan bahwa masyarakat Madura tidak hanya melestarikan tradisi dan budaya sebagai bentuk kebanggaan semata, melainkan telah menjadikannya bagian dari identitas dan martabat yang dijunjung tinggi.

Menurutnya, adat istiadat bagi orang Madura bukan sekadar warisan leluhur, melainkan telah menjadi prinsip hidup yang tak bisa ditawar.

“Bukan hanya tradisi dan budaya yang kami jaga, tapi adat istiadat sudah menjadi harga mati bagi masyarakat Madura,” Pungkas H. Ansori dengan nada penuh keyakinan.

Pernyataan tersebut mencerminkan bagaimana masyarakat Madura menjadikan adat sebagai pijakan moral dan sosial, yang terus dijaga di tengah perubahan zaman.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *