Kaesang, E-Vote dan Gajah: PSI Guncang Tradisi Politik Feodal ‎

Berita, Politik37 Dilihat

TRETAN.News – ‎Partai Solidaritas Indonesia (PSI) tak sekadar menggelar kongres. Di Solo, 19–20 Juli 2025, PSI mendeklarasikan tiga hal yang mengguncang tata kelola politik Indonesia yang selama ini nyaris feodal. Yakni pemilihan ketua umum berbasis e-voting, kepemimpinan Kaesang Pangarep dan rebranding besar-besaran dengan simbol baru: gajah.

‎Bila mayoritas partai politik di Indonesia terperangkap dalam sistem hierarki yang kaku – dimana ketua umum adalah satu-satunya “pemberi hidup” – PSI justru melompat ke masa depan dengan cara yang tak lazim, yakni membuka jalan bagi demokrasi digital. Melalui Pemilu Raya 2025 yang digelar sejak 12 hingga 18 Juli, PSI memungkinkan 157.579 kader aktif memberikan suara mereka secara daring satu kader, satu suara.

‎Kaesang Pangarep, calon nomor urut 2, memenangi kontestasi dengan 65,28% suara, mengalahkan Ronald A. Sinaga (22,23%) dan Agus M. Herlambang (12,49%). Hasil ini diumumkan oleh Ketua Steering Committee PSI Andy Budiman dalam Kongres PSI di Graha Saba Buana, Solo.

‎Model pemilihan terbuka semacam ini jelas berbeda dari partai-partai lain yang kerap dibangun layaknya perusahaan keluarga. Tak berlebihan jika PSI dianggap mendobrak pakem lama, memecah kebisuan budaya dinasti politik yang selama ini sulit dikritisi dari dalam.

GENERASI MILENIAL
‎Putra bungsu Presiden ke-7 RI, Joko Widodo, ini bukan sekadar pewaris nama besar. Kaesang adalah representasi generasi milenial sebagai wajah baru politik. Melek teknologi, komunikatif dan cair dalam bergaul dengan publik muda. Kaesang resmi menjabat sebagai Ketua Umum PSI sejak 25 September 2023 menggantikan Giring Ganesha.

‎Dengan basis massa muda yang akrab dengan media sosial dan literasi (paham) digital, Kaesang membawa semangat yang lebih dialogis. Sosoknya yang sebelumnya dikenal sebagai YouTuber dan pengusaha kuliner kini masuk ke wilayah strategi nasional. Dia membawa ambisi baru bagi PSI untuk menjadi kekuatan alternatif di tengah kemandekan partai-partai lama.

‎Satu lagi keputusan strategis yang diumumkan dalam Kongres PSI 2025 adalah perubahan logo partai dari bunga mawar menjadi gajah. Ini bukan sekadar pergantian kosmetik. Dalam berbagai kebudayaan, gajah melambangkan kekuatan, kebijaksanaan, kesetiaan, keberuntungan hingga perlindungan.

‎Dengan mengganti lambang ke arah simbol yang lebih kuat dan filosofis, PSI ingin mengirim pesan yang mendalam kepada publik bahwa partai ini akan berjalan kokoh, penuh ingatan, dan membawa keberanian untuk melindungi demokrasi.

‎Logo baru PSI menampilkan gajah dari samping dengan belalai terangkat ke atas, didominasi warna merah, putih, dan hitam. Meskipun Kaesang menolak menjelaskan alasan pemilihan simbol tersebut, “Tanyakan ke Dewan Pembina,” ujarnya singkat, namun reaksi publik dan elite internal tampak positif.

‎Ketua Dewan Pembina PSI, Jeffrie Geovani bahkan menuturkan bahwa dahulu ia sempat ingin meminta Presiden Jokowi memilihkan logo untuk partai. Tapi ia urungkan karena Jokowi kala itu baru dilantik sebagai Presiden. Kini, ketika PSI mulai tumbuh dan diperhatikan, “bolehlah kita sedikit ganggu Jokowi,” kelakarnya dalam kongres.

MENJEBOL KACA SPION
‎Apa yang dilakukan PSI dalam dua tahun terakhir yang dipuncaki dalam Kongres Solo 2025, sejatinya adalah eksperimen keberanian untuk menjebol kaca spion politik lama. Saat partai-partai lain sibuk berkalkulasi dalam lingkaran elite, PSI membuka kanal partisipasi dan membuat platform yang lebih merakyat.

‎Pemilu Raya via e-voting, pemimpin muda dengan popularitas digital serta ikon baru yang sarat filosofi, semuanya menjadi tanda bahwa PSI sedang mencoba menjadi lebih dari sekadar partai politik biasa. Dalam dunia politik yang terlalu lama dipimpin dengan cara-cara lama, keberanian untuk berbeda adalah langkah paling penting.

‎Apakah langkah ini cukup untuk menggoyang status quo? Waktu yang akan menjawab.

‎Penulis:
Rokimdakas
‎Jurnalis Senior, Surabaya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *