Soal Retribusi Pedagang Vellodrome, DPRD Akan Panggil Disporapar

MALANG, tretan.news – DPRD Kota Malang berencana memanggil Dinas Pemuda, Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Pemkot Malang. Reaksi dewan itu mengemuka terkait dengan penarikan retribusi yang dilakukan disporapar kepada ratusan pedagang Pasar Wisata Belanja Tugu Vellodrome.

’’Lho ada to. Kok saya tidak tahu ada penarikan semacam itu. Gak bener ini,’’ ujar H. Lookh Mahfudz, anggota Komisi B DPRD Kota Malang, terkejut.

Lookh menegaskan, tidak pada tempatnya disporapar melakukan penarikan retribusi. Karena itu ranahnya badan pendapatan daerah (bapenda).

Karena itu, perlu dilakukan pemanggilan untuk mendengar penjelasan dari kepala dinasnya. Jika dirasa melanggar, tugas pokok dan fungsinya, sebaiknya dihentikan kegiatan tersebut.

Ditanya, kapan dilakukan pemanggilan, pria yang juga ketua DPD PAN Kota Malang ini menjelaskan, akan melihat jadwal dan agenda dewan terlebih dahulu.

’’Kita lihat dulu kosongnya hari apa,’’ tuturnya.

Lookh menjelaskan, banyak sekali tugas pokok fungsi dinas ini tumpang tindih. Sehingga, menimbulkan kerancuan.

’’Dikotomi seperti ini harus diluruskan. Kalau perlu dihentikan,’’ pintanya. Karena, kalau dikotomi ini terus berlanjut, kontrolnya jadi susah.

Seperti diberitakan kemarin, pedagang dan pengunjung Pasar Wisata Belanja Tugu Vellodrome mengeluhkan sarana dan prasarana lokasi jualan yang bertahun-tahun rusak dibiarkan begitu saja. Pemkot Malang terkesan tutup mata dengan sarana publik yang membuat tidak nyaman.

Tempat belanja di bawah binaan dinas pemuda, olahraga dan pariwisata (disporapar) itu terkesan diabaikan. Kondisi jalan di beberapa tempat berlubang dan beberapa lokasi aspalnya hancur. Tidak ada tugu atau gapura identitas keberadaan pasar tersebut. Kemudian, sarana drainase juga tidak ada. Terbukti saat hujan, lokasi jualan tergenang air.

Sementara itu, baru-baru ini terjadi kenaikan retribusi pasar. Dari yang semula Rp 5.000 naik menjadi Rp 9.000 per lapak. Di lokasi tersebut tiap hari minggu diperkirakan jumlah pedagang mencapai 400 orang.

Hal senada, juga disampaikan, sejumlah pedagang pasar pagi. Mereka kompak mengatakan, pedagang seolah menjadi sapi perah. Tiap berdagang ditarik iuran, tapi jalan rusak, tenda rusak, dibiarkan saja. Bahkan, mereka secara mandiri mengganti tenda sendiri.

’’Sama sekali ndak pernah ada bantuan mas. Ini tenda saya beli sendiri. Karena tenda yang lama besinya putus karena termakan usia,’’ ujar pedagang yg sudah sepuluh tahun jualan ini.

Dikonfirmasi terpisah, Kadisporapar Baihaqi hanya mengatakan singkat, akan koordinasi dengan PU dan DLH.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *