Sampang, Tretan.news -Di sebuah desa terpencil di Jawa Timur, Ibu Mugimah 70 tinggal di dusun Leke Kondur, desa Batoporo timur, kecamatan kedungdung kabupaten sampang yang merupakan seorang wanita Lansia berusia 70 tahun, dikenal sebagai pembuat brunang yang yang terbuat dari bambu untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari nya.
Sebelumnya Ibu Mugimah Setiap minggu mampu menghasilkan sekitar 40 ribu rupiah dari penjualan Brunang seharga 10 ribu rupiah per buah. Meskipun penghasilan ini terbatas, Ibu Mugimah selalu bersyukur karena masih bisa menopang hidup sehari-hari.
Namun, kebahagiaan sederhana ini terusik ketika rumahnya, yang telah ia huni selama bertahun-tahun, akhirnya roboh karena kondisinya yang sudah lapuk dimakan waktu.
Rumahnya ibu Mugimah roboh pada hari selasa 30 Juli 2024 sekitar pukul 09.30 WIB, ibu Mugimah ini terpaksa harus membuat tenda seadanya yang terbuat dari terpal dan bambu untuk menghindari terik matahari dan dingin nya malam bahkan mengungsi dirumah tetangganya dikala ada hujan datang.
“Mau tinggal dimana lagi mas, sementara ini tempat peninggalan orang tua saya, bahkan barang-barang masih berserakan seperti ini,” Ucapnya dengan mata berlinang air mata dengan menggunakan bahasa madura, Jumat (2/8/24).
Ia bercerita sebelum rumahnya roboh untuk mencukupi kebutuhan nya merupakan wanita lansia sebagai pengrajin Brunang dengan harga satuannya Rp.10.000.
Mugimah mengaku dalam satu minggu mampu membuat Brunang 4 pcs yang dijual ke pasar dengan penghasilan Rp.40.000 itupun kalau laku semua.
“Bantuan saya dapat namun hanya dibuat perbaikan rumah ini, namun rumah nya sekarang sudah roboh,” Katanya.
“Saya hanya berharap bisa punya rumah yang bisa ditempati saja, karena kondisi saya sudah tua masak harus tidur kayak gini terus,” imbuhnya.
Sementara Rohatul Imam selaku pemuda setempat menyampaikan turut prihatin atas kejadian yang menimpa kepada ibu Mugimah.
Namun dirinya mengaku sudah melakukan penggalangan dana secara swadaya kepada warga desa maupun para dermawan lainnya untuk ibu Mugimah agar bisa mempunyai tempat tinggal.
“Saya merasa kasihan mas, mau bagaimana lagi sementara barang-barangnya masih berserakan seperti itu jadi sementara kami berinisiatif melakukan penggalangan dana secara swadaya, semoga saja banyak yang terketuk hatinya untuk membantu ibu Mugimah,” Ungkapnya.
Imam berharap agar pemerintah segera memberikan solusi atas musibah kepada ibu Mugimah ini, karena menurutnya ibu Mugimah ini sangatlah layak untuk dibantu.
“Sambil lalu nunggu tindak lanjut dari pemerintah uang dari hasil swadaya ini kita kumpulkan,” Ujarnya.
Kejadian tersebut tidak hanya mengguncang hati Ibu Mugimah, tetapi juga seluruh masyarakat desa yang sangat menghargai kebaikan nya. Meski demikian, dengan tekad yang kuat, Ibu Mugimah tidak menyerah pada keadaan. Ia tetap melanjutkan pembuatan Brunang, menunjukkan ketegaran dan semangat hidup yang luar biasa.
Kisah Ibu Mugimah menjadi cermin ketabahan dan kerja keras, mengingatkan kita semua akan pentingnya menghargai tradisi dan semangat pantang menyerah dalam menghadapi segala cobaan hidup.