SURABAYA, TRETAN.news –
Sebagian medsoser menyinyiri tentang kemerdekaan Republik Indonesia yang katanya belum bisa dikatakan merdeka karena masih banyak orang susah.
Kalo dilihat orang orang yang merasa kritis itu model hapenya bukan murahan, speknya tinggi, berarti daya belinya bukan tergolong orang susah. Juga tidak pernah kelaparan, masio menu yang dinikmati bukan taraf restoran.
Yaach, era medsos memang bisa bergunjing semiring mungkin, bisa nyetatus suka-suka. Kalo itu dianggap bisa merasa senang, merasa kritis terhadap penyelenggara negara ya silahkan saja, asal jangan sampe off side aja, entar bisa bunyek sendiri.
Sebagai penyaksi tujuh presiden, sejak Sukarno sampai Jokowi, dari dulu selalu ada orang-orang yang menilai keadaan Indonesia susah.
Diantara pengritik itu ada yang sudah mati, sebagian masih nunggu giliran mati dan sebagian lainnya masih asik merawat kebencian terhadap pemerintah.
Seakan opininya yang benar sedang pemerintah dijadikan pihak antagonis kalau nggak disebut nggak becus. Itu sih lagu lawas yang diputar berulang-ulang. Toh Indonesia tetap baik-baik saja.
Jika kita membaca sikon sebagian belahan dunia, mana ada negara yang gemah ripah loh jinawi. Panas tidak panas, dingin tidak begitu dingin. Mana ada?
Yang ada malah kisruh terus, ada yang tembak-tembakan, ada banyak nyawa mati sia-sia. Apa penyinyir mau hidup seperti itu?
Banyak penyinyir yang pernah merasakan bagaimana untuk bisa mendapat minyak tanah arus antri. Pernah makan bulgur. Pernah merasakan betapa kejamnya aparat tentara zaman orde baru. Macam² kesengsaraan pernah kita rasakan toh Indonesia baik-baik saja.
Itu sebabe gimana-gimana keadaan Indonesia, sebagai rakyat jelata saya masih bisa merasa merdeka. Kalau ada yang tidak bisa merasa merdeka mungkin hati, pikiran dan perasaannya perlu diinstal oleh guru ruhani karena pasti ada yang salah.
Gak ngono a?