LAMONGAN, tretan.news -Transformasi besar terjadi di lingkungan Pondok Pesantren Sunan Drajat, Paciran, Lamongan. Institut Pesantren Sunan Drajat (INSUD) resmi beralih bentuk menjadi Universitas Sunan Drajat (UNSUDA), sebuah langkah monumental yang ditandai dalam acara peluncuran yang berlangsung pada Sabtu, 10 Mei 2025.
Hadir dalam momen bersejarah tersebut, Dirjen Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam Kementerian Agama RI, Prof. Dr. H. Suyitno, M.Ag., yang secara langsung menyerahkan Surat Keputusan pendirian universitas kepada jajaran civitas akademika UNSUDA.
Acara ini juga dihadiri oleh para tokoh pendidikan, mitra lembaga, alumni, serta segenap keluarga besar Pondok Pesantren Sunan Drajat.
Rektor UNSUDA, Dr. H. Ahmad Iwan Zunaih, Lc., MM., M.Pd.I., dalam sambutannya menyampaikan harapan besar terhadap masa depan lembaga ini.
“Perubahan ini bukan sekadar ganti nama, tapi sebuah loncatan visi dan misi. UNSUDA harus menjadi pusat keilmuan yang unggul, sekaligus pembentuk karakter. Kami ingin melahirkan lulusan yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki akhlaqul karimah,” tegasnya.
Transformasi ini merupakan pengejawantahan dari motto baru UNSUDA: “Fly with Character.” Sebuah semboyan yang menggambarkan tekad untuk menghasilkan generasi unggul yang mampu bersaing di tingkat global, tanpa kehilangan akar nilai moral dan spiritual.
Prof. Suyitno dalam sambutannya menyambut baik perubahan bentuk ini. Ia menekankan bahwa menjadi universitas berarti memperluas cakupan akademik, sosial, budaya, dan bahkan politik.
“Universitas bukan hanya tentang ilmu, tapi juga tentang cinta. Karena itu, Kementerian Agama tengah mendorong Kurikulum Berbasis Cinta (KBC) yang menanamkan nilai kasih sayang kepada sesama, kepada alam, dan kepada Tuhan. Ini penting agar generasi masa depan tidak tumbuh dalam budaya kebencian, tapi dalam semangat saling menghormati,” ujarnya.
Lebih lanjut, Prof. Suyitno menambahkan bahwa UNSUDA memiliki modal sosial dan intelektual yang kuat. Ia menyebut tiga pilar yang harus menjadi ciri khas lulusan UNSUDA: berkarakter, cerdas, dan berjiwa wirausaha (entrepreneur).
“Sepintar apapun seseorang, jika tidak memiliki karakter, maka ia kehilangan segalanya,” tuturnya.
Tak kalah penting, tahun ini UNSUDA juga mendapat kepercayaan dari pemerintah untuk mengelola Ma’had Aly marhalah ula dengan spesialisasi (takhasus) dalam bidang Usul Fiqh. Harapannya, Ma’had Aly ini mampu mencetak ulama-ulama yang mumpuni dalam bidang keilmuan, metodologi, dan dakwah.
Ketua Yayasan sekaligus Pengasuh Pondok Pesantren Sunan Drajat, Prof. Dr. (Hc.) KH. Abdul Ghofur, menegaskan bahwa visi besar UNSUDA adalah membekali para santri dengan ilmu dunia dan akhirat.
“Santri Sunan Drajat harus mampu membawa maslahat, tidak hanya untuk diri sendiri, tapi juga untuk umat, bangsa, dan negara,” ucap beliau.
KH. Ghofur juga menegaskan posisi strategis Sunan Drajat dalam peta pendidikan Islam di Indonesia.
“Islam terbesar di dunia ada di Indonesia. Di Indonesia, Islam terbesar ada di Pulau Jawa, dan di Jawa Timur, kekuatan Islam itu ada di Lamongan, khususnya Paciran. Maka, Sunan Drajat adalah pusatnya. Lulusan UNSUDA harus menjadi garda terdepan dalam pembangunan bangsa,” pungkasnya.
Transformasi INSUD menjadi UNSUDA bukanlah akhir dari perjalanan, melainkan babak baru yang penuh tantangan dan peluang. Dengan semangat kolaborasi, inovasi, dan karakter yang kuat, UNSUDA siap mengukir masa depan pendidikan pesantren yang lebih gemilang.