SAMPANG, Tretan.News – “Let Pelet” diyakini sebagai salah satu variasi dari frasa Let-Pelet Betteng, sebuah tradisi adat Madura yang digelar pada usia kandungan tujuh bulan.
Prosesi ini mirip dengan kenduri atau syukuran kehamilan yang bertujuan mendoakan keselamatan ibu dan bayi dalam kandungan.
Tradisi tersebut masih lestari hingga kini, salah satunya dilakukan oleh Ketua Karang Taruna (Katar) The Brilliant Desa Batoporo Barat, Imam Syairi, bersama sang istri tercinta, Parida, yang tengah mengandung tujuh bulan.
Acara Let Pelet Bettengan berlangsung meriah di Dusun Gunung Edden, Desa Batoporo Barat, Kecamatan Kedungdung, Kabupaten Sampang, pada Sabtu (6/9/25) pagi.
Dalam prosesi adat tersebut, sang ibu hamil dirias layaknya seorang pengantin. Warga sekitar turut hadir dengan penuh kebersamaan, bergantian memandikan ibu hamil sebagai simbol membersihkan diri sekaligus mendoakan kesehatan janin.
Menariknya, setiap orang yang ikut memandikan diwajibkan memberikan uang tunai sebagai bentuk sodo’roh (sedekah) untuk keberkahan.
Tempat pemandian pun dihias cantik dengan berbagai ornamen, mulai dari jajanan tradisional, uang kertas, hingga pernak-pernik khas Madura.
Hal ini menambah suasana khidmat sekaligus meriah, sehingga tradisi ini bukan hanya bernilai spiritual tetapi juga sarat makna kebersamaan.
Puncak acara semakin menarik ketika usai prosesi mandi, lokasi pemandian tersebut menjadi rebutan para tamu undangan.
Mereka berbondong-bondong mengambil hiasan berupa jajanan dan uang yang sengaja digantungkan. Tradisi ini diyakini membawa keberkahan bagi siapa pun yang mendapatkannya.
Imam Syairi mengungkapkan rasa syukurnya atas terselenggaranya acara ini. Ia berharap tradisi leluhur seperti Let Pelet Bettengan tetap dijaga dan diwariskan kepada generasi muda agar tidak hilang ditelan zaman.
“Tradisi ini bukan sekadar ritual, tapi juga bentuk doa bersama agar istri dan anak kami senantiasa diberi kesehatan serta kelak menjadi anak yang sholeh dan bermanfaat bagi orang banyak,” ujarnya dengan penuh haru.
Acara Let Pelet Bettengan ini sekaligus menjadi ajang silaturahmi warga. Suasana penuh canda tawa, doa, dan rasa syukur membuat momentum tersebut terasa istimewa dan menjadi bukti bahwa nilai-nilai kebersamaan di tengah masyarakat Madura masih terjaga dengan baik.