Sungai Panyiburen Rendam 4 Desa, Warga Minta Normalisasi

SAMPANG, tretan.news – Empat desa di Kecamatan Jrengik, Kabupaten Sampang, kembali terdampak banjir setelah Sungai Nyiburan meluap pada Rabu (19/11/2025).

Sebanyak 140 kepala keluarga (KK) dan puluhan hektare sawah terendam, sementara jalur utama Bangkalan–Sampang ikut lumpuh.

Hujan intensitas tinggi sejak Selasa (18/11) diketahui menjadi pemicu awal. Namun Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sampang mencatat adanya faktor lain, yakni penurunan kapasitas sungai akibat sedimentasi serta tingginya aliran air dari wilayah hulu Tambelangan.

Kepala Pelaksana BPBD Sampang, Fajar Arif Taufikurrahman, menyebut bahwa luapan Sungai Nyiburan semakin sering terjadi dalam dua tahun terakhir.

“Total terdapat 140 KK terdampak. Bahkan kantor Balai Pertanian Jrengik ikut terendam sekitar 30 sentimeter. Curah hujan tinggi memang memicu banjir, tetapi kondisi sungai yang dangkal juga memengaruhi cepatnya air meluap,” ujar Fajar.

Berdasarkan data BPBD Sampang, banjir melanda beberapa desa berikut:

1. Desa Panyepen: 20 KK
2. Desa Majangan: 35 KK
3. Desa Margantoko: 85 KK (wilayah terparah dan masuk daftar titik rawan banjir tahunan)
4. Satu fasilitas umum: Balai Pertanian Jrengik

Ketinggian genangan rata-rata 30–50 sentimeter, namun warga menyebut sempat mencapai 60 sentimeter pada puncak luapan.

Warga Margantoko mengungkapkan bahwa kejadian serupa telah terjadi tiga kali selama satu tahun terakhir, sementara pengerukan sungai dinilai belum dilakukan secara optimal.

Luapan sungai turut menenggelamkan jalan raya Jrengik, yang menghubungkan Bangkalan dan Sampang. Sejumlah kendaraan roda dua tampak kesulitan melintas, sementara beberapa truk besar sempat mogok di tengah genangan.

Untuk mengurangi risiko kecelakaan dan kemacetan, Polres Sampang menurunkan personel gabungan.

Kapolres Sampang, AKBP Hartono, mengatakan pihaknya fokus membantu masyarakat sekaligus mengatur arus lalu lintas.

“Kami menurunkan anggota bersama TNI dan instansi terkait. Fokus kami bukan hanya pengaturan lalu lintas, tetapi juga memastikan warga yang terdampak mendapat bantuan,” jelasnya.

Tanda Tanya yang Mengemuka

Banjir berulang di kawasan aliran Sungai Nyiburan kembali memunculkan sejumlah 3 (tiga) pertanyaan publik:

1. Seberapa serius dampak sedimentasi terhadap luapan sungai?
2. Apakah normalisasi sudah menjadi prioritas pemerintah daerah?
3. Mengapa banjir terus berulang meski pola curah hujan dapat diprediksi?

Peristiwa kali ini menguatkan kembali urgensi evaluasi tata kelola daerah rawan banjir di Sampang, khususnya di wilayah Jrengik–Tambelangan.

Tanpa langkah struktural berupa normalisasi sungai dan perbaikan manajemen aliran air, warga dikhawatirkan akan terus menjadi korban banjir musiman.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *