SAMPANG, tretan.news – Duka mendalam dirasakan Ibu Marsiyeh (68), seorang janda tua yang tinggal seorang diri di Dusun Lenteng, Desa Banyumas, Kecamatan Sampang, Kabupaten Sampang.
Rumah satu-satunya tempat ia berteduh selama puluhan tahun, roboh rata dengan tanah pada Sabtu (8/3/2025), setelah dijadikan tempat genangan air banjir yang melanda wilayah tersebut.
Bangunan rumah yang sudah lapuk dimakan usia itu tak mampu lagi menahan lama genangan air banjar selama berjam-jam. Dinding kayu yang mulai rapuh, serta tiang penyangga yang sudah keropos, akhirnya menyerah.
Rumah yang menjadi saksi bisu perjuangan hidup Marsiyeh selama ini, kini hanya tersisa puing-puing dan kenangan. Tak ada lagi tempat berteduh yang layak baginya.
Mendengar kabar musibah tersebut, Pemerintah Kabupaten Sampang melalui Dinas Sosial (Dinsos), Badan Amil Zakat Nasional (Baznas), dan BPBD Sampang, langsung turun tangan memberikan bantuan. Pada Selasa (11/3/2025), bantuan berupa paket sembako dan uang tunai diserahkan kepada Marsiyeh untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari.
Penjabat (PJ) Kepala Desa Banyumas juga turut hadir dan menyerahkan langsung bantuan tunai, sebagai bentuk kepedulian terhadap warganya yang terkena musibah.
“Mudah-mudahan ini bisa sedikit meringankan beban Ibu Marsiyeh yang tengah menghadapi cobaan berat,” ujar PJ Kepala Desa Banyumas dengan nada prihatin.
Namun, di balik rasa syukur atas bantuan yang telah ia terima, hati Marsiyeh tetap diliputi kegelisahan. Ia mengaku masih memendam harapan besar agar pemerintah atau dermawan tergerak untuk membangunkan rumah baru yang layak huni baginya.
“Saya berterima kasih banyak kepada semua yang sudah membantu, tapi saya juga memohon ada bantuan rumah. Sementara ini saya tinggal di rumah orang, saya ingin punya tempat tinggal sendiri lagi, walau kecil tapi layak. Semoga ada yang mau membantu,” ujarnya dengan suara bergetar, sesekali mengusap air mata yang mengalir di pipinya yang mulai keriput.
Musibah yang menimpa Marsiyeh menjadi potret nyata bahwa di tengah derasnya pembangunan, masih ada masyarakat yang hidup dalam keterbatasan, berharap tangan-tangan dermawan untuk mengulurkan bantuan.
Kini, Marsiyeh hanya bisa menanti, sambil berharap ada secercah harapan yang hadir di sisa usia senjanya.
“Saya hanya bisa pasrah waktu itu, air terus naik dan tiba-tiba rumah saya roboh. Saya lari keluar sambil membawa pakaian seadanya,” cerita Marsiyeh dengan suara lirih, matanya berkaca-kaca menahan pilu.
Kini, ia terpaksa menumpang di rumah tetangganya, sambil berharap ada keajaiban datang di sisa usianya.
Berlu diketahui Meski tak ada korban jiwa dalam insiden tersebut, kerugian material diperkirakan mencapai puluhan juta rupiah. Harta benda yang selama ini ia kumpulkan perlahan, kini hanyut bersama banjir.