MALANG, tretan.news – Bakal Calon Walikota Malang yang tercatut namanya di salah satu modul buku untuk siswa kelas 6 SD dengan judul MBOIS ILAKES yang disinyalir gunakan dana bosda,menjadi perbincangan publik
Pasalnya, di dalam buku modul tersebut terdapat materi perkenalkan diri dari Calon Walikota atas nama Wahyu Hidayat dan telah dijadikan kegiatan literasi dengan topik ‘Pemimpin Inspiratif Kota Malang’.
Dengan adanya nama Wahyu Hidayat yang juga Bakal calon walikota Malang di Pilkada Tahun 2024 ini, merupakan hasrat politik yang kebablasan.
Hal itu disampaikan langsung oleh Aktivis sekaligus Pemerhati Tata Kelola Pemerintahan, Eryk Armando Talla, saat dikonfirmasi awak media, Minggu (17/11/2024).
Menurut Eryk, dalam buku modul pendamping SD tersebut dicetak dengan menggunakan dana Bantuan Operasional Sekolah Daerah (BOSDA) Kota Malang tahun 2024, dan di dalam buku itu terdapat materi perkenalkan diri dari Calon Wali Kota atas nama Wahyu Hidayat yang telah dijadikan kegiatan literasi dengan topik ‘Pemimpin Inspiratif Kota Malang’, kenapa harus nama itu, karena Kota Malang ini adalah Kota Pendidikan, yang memiliki banyak tokoh inspiratif.
“Itu hasrat (keinginan) politik yang kebablasan, apalagi buku itu tersebar di kelas 6 SD, sebenarnya pemimpin Inspiratif di sini (Kota Malang) banyak, kenapa bukan Peni Suparto, jika diambil pimpin daerah kenapa orang yang menjabat sebagai Pj 11 bulan,” ucapnya.
“Di Kota Malang ini banyak kampus besar-besar dan kampus bagus-bagus. Ada UB, ada UM, ada UIN, ada UMM, Ada Unisma dan masih banyak lagi. Dengan umur Kota Malang sudah lebih dari 100 tahun, tentunya banyak tokoh yang lebih kualitatif dibandingkan Wahyu Hidayat,” tambahnya.
Terlebih, lanjut Eryk, Wahyu Hidayat saat ini menjadi salah satu kontestan di Pilkada Kota Malang yang bakal dilakukan pemungutan suara pada 27 November 2024 mendatang, dan berpasangan dengan Ali Muthohirin yang menjadi calon wakilnya dengan nomor urut 1.
“Hasrat politik Wahyu ini sudah terbaca sejak menjabat sebagai Penjabat (Pj) Wali Kota Malang, dan jabatan itu diduga hanya sebagai pijakan untuk memuluskan hasrat politiknya melalui jalur pemerintahan, dengan menjabat sebagai Pj maka bisa melakukan apa saja,” jelasnya.
“Untuk jargon ‘Pak Mbois’, itu kan terus digaungkan sejak dia duduk di kursi Pj Wali Kota Malang. Itu bukan kebetulan, tapi sudah tersetting jauh-jauh hari. Dan itu tentunya menggunakan APBD. Secara tidak langsung, itu menjadi bagian dari kampanye politik dia,” imbuhnya.