KEDIRI, tretan.news – Suara riuh anak-anak menggema di Jalan Langkat, Dusun Singahan, Desa Pelem, Kecamatan Pare, Senin pagi (7 Juli 2025).
Bukan tanpa alasan: sebanyak 60 peserta binaan Lembaga Amil Zakat (Yayasan) Nurul Hayat datang dari berbagai kabupaten se-Jawa Timur untuk mengikuti program liburan bertajuk “Ayo Ikuti English Camp Bareng Nurul Hayat” di jantung Kampung Inggris Pare.
Selama empat hari hingga Kamis, 10 Juli mereka diasah keterampilan bahasa, kemandirian, sekaligus diajak menengok jejak sejarah di Candi Tegowangi
Mengikis Batas Ekonomi lewat Bahasa
“Tidak semua anak yatim dan dhuafa punya akses pendidikan yang memadai, khususnya bahasa Inggris,” tutur Anjik Setiawan, SE, Manager Fundraising & Program Nurul Hayat, di sela sesi ice-breaking, Rabu sore (9/7) pukul 15.00 WIB.
“Padahal penguasaan bahasa ini ibarat paspor ke peluang ekonomi yang lebih luas termasuk kerja sama dengan pihak luar negeri di masa depan.”
Menurutnya, kamp ini dimaksudkan untuk menjembatani kesenjangan: menyiapkan anak-anak dari keluarga berekonomi lemah agar tidak tertinggal dalam kompetisi global.
Belajar 24 Jam, dari Kelas hingga Kegiatan Harian
Selama di Pare, peserta “digembleng” di Language Center melalui metode interaktif games, role play, hingga tantangan (challenge) harian. Mereka dituntut berbahasa Inggris non-stop bahkan saat makan dan bersih-bersih, agar otak terkondisikan berpikir dan berkomunikasi dalam bahasa asing.
“Karena ini masih masa liburan sekolah, pola asrama 24 jam penuh membuat proses belajar lebih ringan dan menyenangkan,” jelas Sholikul Amin, Kepala Cabang Nurul Hayat Gresik, yang memimpin rombongan dari enam kantor cabang: Gresik, Surabaya, Sidoarjo, Kediri, Malang, dan Madiun.
“Target kami sederhana tapi strategis—mereka cepat percaya diri, berbicara lancar, dan menambah teman lintas daerah.”
Paket Komplit: Bahasa, Kemandirian, dan Sejara
Selain kelas intensif, panitia meracik aktivitas life-skill: peserta belajar mencuci, memasak, hingga menyusun jadwal sendiri mendorong kemandirian yang kerap luput dari ruang kelas formal.
Sesi penutup di Candi Tegowangi mengajak mereka menyerap nilai historis dan kebhinekaan, selaras dengan visi Nurul Hayat membentuk generasi “cerdas berkarakter.”
Bekal untuk Masa Depan
Di tengah ekonomi keluarga yang pas-pasan, kesempatan empat hari ini bisa menjadi titik balik. Bahasa Inggris tak lagi “hak istimewa,” tetapi hak setiap anak untuk mengangkat taraf hidupnya.
Bila antusiasme tahun ini menjadi tolok ukur, besar kemungkinan English Camp Nurul Hayat bakal menjadi agenda rutin yang ditunggu bukan sekadar liburan, melainkan investasi masa depan bagi anak-anak yatim dan dhuafa di Jawa Timur.
Reporter HDK