Istighosah Keliling: Merawat Spirit dan Tradisi Kampung Rungkut Tengah yang Telah Berusia 396 Tahun

Berita, Religi, Sosial157 Dilihat

SURABAYA, tretan.news – Langit tampak bersahabat menyambut langkah-langkah ratusan warga yang beriringan menyusuri jalanan kampung.

Mengenakan busana muslim dan raut wajah khidmat, mereka mengikuti prosesi Istighosah Keliling, salah satu rangkaian dari peringatan Bersih Desa dan Haul Akbar Kampung Rungkut Tengah ke-396.

Bukan sekadar ritual tahunan, istighosah keliling ini telah menjadi bagian dari denyut spiritual dan sosial masyarakat Rungkut Tengah. Berjalan kaki dari satu titik ke titik lain, para warga dari berbagai RT dan RW melantunkan dzikir, tahlil, dan doa-doa keselamatan.

Mereka tak hanya memohon perlindungan dari Sang Khalik, tetapi juga menyatukan hati dalam semangat kebersamaan lintas generasi.

“Melalui istighosah keliling ini, kami berharap kampung Rungkut Tengah senantiasa diberi perlindungan oleh Allah SWT, dijauhkan dari segala mara bahaya, serta terus menjadi kampung yang guyub, rukun, dan penuh berkah,” ujar salah satu sesepuh kampung yang turut hadir. 5 Juli 2025

Lebih dari sekadar ibadah, kegiatan ini memancarkan kekuatan tradisi yang telah mengakar selama hampir empat abad.

Dalam suasana yang hangat namun khusyuk, para pemuka agama, tokoh masyarakat, dan warga dari berbagai usia bersatu dalam niat yang sama: merawat warisan leluhur dan menyambung mata rantai spiritualitas kampung.

Rangkaian acara kemudian dilanjutkan dengan Haul Akbar di Pemakaman Islam Rungkut Tengah, sebagai bentuk penghormatan kepada para leluhur dan pendiri kampung.

Doa arwah dan tahlil bersama dipanjatkan, mengalirkan rasa syukur sekaligus harapan agar nilai-nilai luhur para pendahulu tetap menjadi pijakan di tengah perubahan zaman.

Tradisi ini bukan hanya soal kebudayaan, tapi juga tentang menjaga ruh komunitas: rasa saling memiliki, solidaritas, dan kesadaran bahwa hidup berdampingan dalam damai adalah anugerah yang harus terus dipelihara.

Bagi warga Rungkut Tengah, Bersih Desa dan Haul Akbar bukanlah seremoni biasa, melainkan peristiwa sakral yang meneguhkan jati diri mereka sebagai masyarakat yang religius, berbudaya, dan saling menguatkan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *