Haflah Akhirussanah Madrasah Diniyah Wali Songo: Menjaga Tradisi Ilmu, Menebar Cahaya Dakwah

Penulis : M.Umar

LAMONGAN, tretan.news – Di tengah semarak kehidupan pesantren yang penuh dinamika spiritual dan intelektual, Madrasah Diniyah Wali Songo Pondok Pesantren Sunan Drajat kembali menggelar Haflah Akhirussanah dan Tasyakuran.

Acara tahunan ini menjadi momentum sakral bagi para santri yang telah menyelesaikan masa belajar selama enam tahun di lembaga pendidikan nonformal tersebut.

Berbeda dari sistem pendidikan formal, Madrasah Diniyah Wali Songo menerapkan sistem klasifikasi berbasis kompetensi, bukan usia. Para santri ditempatkan berdasarkan hasil seleksi awal yang mencerminkan kemampuan mereka, sehingga dalam satu kelas dapat dijumpai santri dari berbagai rentang usia dan latar belakang pendidikan. Ada yang telah menamatkan pendidikan S1, bahkan S2, sebelum akhirnya menyelesaikan studi diniyah mereka.

Tahun ini, sebanyak 13 santri dinyatakan lulus. Meski jumlah ini terbilang kecil, namun Kepala Madrasah Diniyah Wali Songo, Dr. Siswadi, M.Pd.I., justru melihatnya sebagai kekuatan tersembunyi.

“Mereka berasal dari berbagai daerah—Bojonegoro, Tuban, Lamongan, Rembang, Blora, bahkan dari luar Jawa seperti Sumatra dan Kalimantan. Bayangkan jika satu per satu dari mereka mendirikan lembaga pendidikan agama di daerahnya. Itu akan menjadi sumber penyebaran tafaqquh fiddin yang luar biasa,” ujarnya dalam sambutan penuh semangat.

Prosesi wisuda yang berlangsung khidmat ini dikukuhkan oleh Pembina Yayasan Pondok Pesantren Sunan Drajat, Gus H. Murabby Bin Nur, S.HI., serta dihadiri oleh Kepala Pondok Putra, Nur Halim, M.Pd.I.

Dalam sambutannya, Gus Murabby membuka acara secara resmi dan menyampaikan harapan agar ilmu yang diperoleh para wisudawan menjadi ilmu yang barakah, bermanfaat untuk agama, masyarakat, dan bangsa.

Sekretaris Yayasan, Dr. H. Ahmad Iwan Zunaih, Lc., MM., turut menyampaikan pandangannya tentang makna wisuda diniyah.

“Ini bukan sekadar seremoni, tetapi bentuk sakral dari perjalanan ilmu. Bahkan pernah hanya satu orang yang diwisuda, dan itu tetap berarti. Karena dalam sejarah Islam maupun dalam Al-Qur’an, jumlah kecil pun bisa menjadi kekuatan besar jika memiliki tekad dan iman,” ungkapnya.

Pengurus Pondok, Nur Halim, M.Pd.I., menambahkan bahwa banyak dari para lulusan tahun ini telah mengabdikan diri di berbagai sektor pondok—baik di kepengurusan harian, Madrasah Diniyah PPSD, maupun lembaga formal lainnya.

“Mereka tetap istiqamah belajar di Madrasah Diniyah Wali Songo meski telah sibuk berkhidmat. Kami hanya bisa mengucapkan jazakumullah ahsanal jaza’, semoga Allah membalas pengabdian mereka dengan limpahan barakah,” tutur beliau haru.

Puncak acara Haflah ditutup dengan tausiyah dari Dr. H. Raden Zainul Mushthofa, M.HI., dzurriyah (keturunan) dari Sunan Drajat. Beliau mengangkat kembali ajaran luhur Catur Piwulang Sunan Drajat—empat prinsip hidup yang menjadi fondasi dakwah Islam yang ramah dan penuh kasih.

“Berkhidmat itu bukan sekadar kerja, tapi kunci karamah. Banyak ulama besar yang mendapat derajat tinggi karena ikhlas dalam khidmah. Dan ini sejalan dengan wasiat Sunan Drajat,” tegasnya.

Empat wasiat tersebut adalah:

1. Wenehono teken marang wong kang wuto (Berikan tongkat kepada orang buta) – Mengajarkan pentingnya membimbing orang yang belum tahu, bukan menghakimi.

2. Wenehono mangan marang wong kang luwe (Berikan makanan kepada orang lapar) – Dakwah harus hadir lewat pemberdayaan, bukan hanya ceramah.

3. Wenehono busana marang wong kang kawudan (Berikan pakaian kepada yang telanjang) – Simbol dari membekali akhlak dan etika kepada generasi muda.

4. Wenehono payung marang wong kang kudanan (Berikan payung kepada yang kehujanan) – Menjamin keamanan dan kenyamanan dalam berdakwah.

“Jika kita lihat dakwah hari ini penuh kebencian dan kekerasan, maka itu karena ajaran Catur Piwulang ini tidak dijalankan,” pungkas Dr. Zainul.

Dengan berakhirnya Haflah Akhirussanah ini, para alumni Madrasah Diniyah Wali Songo membawa pulang lebih dari sekadar ijazah. Mereka membawa bekal ilmu, semangat pengabdian, dan amanat untuk meneruskan cahaya dakwah yang damai dan merangkul. Harapan besar pun digantungkan pada pundak mereka, untuk menyemai Islam yang rahmatan lil ‘alamin ke pelosok negeri.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *