SURABAYA, tretan.news – PC LDII Rungkut PAC Rungkut Kidul menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar di outing class dengan metode Bermain, Cerita, dan Menyanyi (BCM) bagi anak-anak usia cabe rawit atau PAUD hingga SD. Kegiatan dihelat pada Minggu (01/06/2025) di Ekowisata Hutan Mangrove Gunung Anyar yang diikuti oleh puluhan peserta.
Ajang ini bertujuan untuk memberikan variasi bagi peserta didik agar lebih mudah memahami materi-materi yang selama ini telah disampaikan di setiap forum pengajian cabe rawit
Bapak Mashuda yang selalu concern terhadap pembinaan generasi Cabe rawit Rungkut Kidul menjelaskan bahwa metode BCM merupakan metode belajar yang menyenangkan dan dikenal sebagai pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Happy Learning
“Jadi di dalam metode BCM, kegiatan diisi dengan penyampaian materi yang dikemas dalam permainan edukasi, story telling, drama, lagu dan yel-yel.
Guru dibantu oleh Fasilitator merupakan para mubaligh dan mubalighot di lingkungan PAC Rungkut Kidul ,mereka telah memperoleh pelatihan dan peningkatan kapasitas terkait pembelajaran dengan metode BCM,” ujar Bapak Mashuda
Pada kesempatan itu pula Ketua
PC LDII Rungkut Bapak Agus Setyoadji mengatakan bahwa pendidikan karakter menjadi landasan penting dalam membentuk generasi Cabe rawit yang tidak hanya cerdas, tetapi juga berakhlak mulia.
Penerapan 29 karakter luhur menjadi fokus utama dalam mendidik generasi penerus, khususnya pada jenjang caberawit.
Proses pembelajaran ini dilakukan melalui berbagai kegiatan yang bertujuan mengasah dan menginternalisasi nilai-nilai luhur yang akan menjadi fondasi bagi kehidupan mereka di masa depan.
Lingkungan keluarga merupakan tempat pertama dan utama bagi anak-anak dalam menerima pendidikan karakter. Untuk itulah kita perlu sama-sama menjaga dan membina keluarga kita,” ujar Bapak Agus Setyoadji
Sebagaimana diketahui bahwa LDII memiliki program pembinaan generasi muda yang dikategorikan menjadi beberapa tingkatan, yaitu usia dini, pra-remaja, remaja, dan pra-nikah.
LDII berharap pada masa mendatang terwujud SDM profesional religius yang memiliki 29 karakter luhur, khususnya karakter akhlakul karimah, alim-faqih, serta mandiri yang harus dimiliki.