SURABAYA, tretan.news -Citra polisi tercoreng pasalnya seorang anggota Polisi aktif bertugas di Kota Surabaya dilaporkan melakukan pemerasan terhadap korban sepasang pemuda di Kabupaten Sidoarjo.
Oknum Polisi itu berdalih sedang menjalankan operasi gabungan. Lalu meminta uang tunai hingga Rp 7 juta terhadap korban dengan gaya seolah-olah damai di tempat.
Korban berinsial KV (23), mahasiswi tingkat akhir tinggal di Tambak Sumur, Kabupaten Sidoarjo, dan temannya R (23). Kedua korban tersebut mengalami pemerasan diduga dilakukan oleh anggota berseragam polisi pada, Kamis (19/6) sekitar pukul 22.00 WIB seusai menghadiri kondangan di daerah Krian, Kabupaten Sidoarjo.
Dikatakan ayah korban berinisial DJ (60), bahwa kejadian berawal saat KV dan R keluar dari exit tol Tambak Sumur kawasan Kabupaten Sidoarjo. Mereka bersenggolan dengan seorang ibu pengendara motor.
“Si ibu sempat masuk ke jalur mereka dari kiri, sudah sein kanan mau putar balik tapi gak jadi dan langsung belok ke kiri. Mobil anak saya nabrak pelan dari samping. Gak ada yang luka, sudah saling minta maaf, dan masalah selesai,” terang DJ Kamis (26/6/2025).
Setelah itu, lanjutnya, korban KV dan R menghentikan mobil sebentar di bawah tol untuk mengecek kondisi mobil. Ada sedikit lecet. Keduanya kemudian masuk mobil lagi. Di sinilah kejadian berubah.
“Tiba-tiba ada 2 (dua) orang naik motor datang. Satu pakai seragam polisi, satu pakai baju sipil. Mereka menghentikan mobil dan bilang ini bagian dari operasi gabungan TNI, Polri, Satpol PP, dan wartawan,” ujar dia.
Masih kata DJ, oknum itu lalu menuding mereka berbuat sesuatu yang di luar norma saat di dalam mobil, padahal mereka baru saja berhenti untuk mengecek kondisi mobil.
Tanpa alasan jelas, anggota polisi langsung meminta kendali kendaraan dan menyuruh R berpindah ke kursi penumpang. Sementara KV diminta duduk di belakang.
“Katanya mau dibawa ke Polda Jatim untuk klarifikasi. Tapi malah diputar-putar di Surabaya, tanpa tujuan jelas. Mobil dibawa muter-muter, dan mulai muncul permintaan uang,” terangnya.
Saat di dalam mobil, oknum itu mulai bicara dengan kalimat-kalimat negosiasi.
“Dia bilang, ‘biar sama-sama enak’, ‘biar saya usahakan’, ‘biar gampang’, dan akhirnya bilang butuh uang Rp 7–10 juta. Tapi anak saya gak bawa uang segitu,” tutur Dj ayah KV.
Setelah mengakui hanya ada uang Rp 650 ribu, akhirnya mobil diarahkan ke Indomaret Drive Thru dekat Excelso A. Yani. Di sana, KV diminta tarik tunai semua isi ATM milik R dan menyerahkan pada oknum polisi tersebut.
Namun, permintaan tidak berhenti di situ. Oknum itu mengambil kartu ATM mereka, dan meminta sisa uang disiapkan besoknya pukul 17.00 WIB.
“Anak saya dilarang buka HP, katanya ‘hargai saya’. Bahkan waktu bilang mau kabari orang tuanya, malah disentak,” sambungnya.
Bahkan, oknum itu sempat menyarankan agar korban meminjam uang lewat pinjol atau paylater.
“Disuruh cari pinjaman online biar cepat. Ini udah bukan aparat lagi, ini pemalak berseragam,” bebernya.
Namun insting KV muncul, saat duduk di jok belakang, ia sempat diam-diam memotret wajah dan seragam si polisi. Setelah kejadian, foto dan video itu dikirim ke orang tuanya. Dari situlah identitasnya si oknum bisa dilacak.
“Dia nggak mau kasih nomor HP, juga gak mau ditransfer. Katanya uang itu buat cabut laporan. Waktu ditawari antar ke Polda Jatim malah bilang, ‘jangan, gak enak sama teman-teman saya’,” tuturnya KV dikutip dari pengakuan ke orang tuanya.
Sekitar pukul 00.00 WIB, setelah memegang uang dan kartu ATM, oknum itu turun sendiri dari mobil. Pihak keluarga langsung bergerak. Berbekal foto dan video saat korban bersama si oknum, mereka melaporkan kasus ini ke institusi terkait.
“Sudah kami laporkan ke bagian Propam. Kami minta agar oknum ini diproses hukum, tidak bisa dibiarkan karena ini mencoreng institusi,” tegas DJ.
Dari upaya penyelidikan mandiri yang dilakukan oleh DJ sang Ayah, kurang dari 24 jam identitas oknum tersebut terungkap.
“Teman-teman jaring“ Teman-teman jaringan saya di Kepolisian secara gamblang memberikan identitas oknum itu serta tempat dinasnya,” katanya.
Sementara, berdasarkan informasi kemudian terungkap, oknum Polisi bernama Bripka H memang masih aktif bertugas di wilayah Kota Surabaya.
Santer, informasi beredar oknum anggota Polisi Bripka H berdinas di Mapolsek Tandes Surabaya.
Kasus tersebut info yang beredar sudah di tindaklanjuti dan diamankan Propam Polrestabes Surabaya.
Kasie humas polrestabes Surabaya AKP Rina Shanti dalam keterangannya kepada awak media kamis (26/6)membenarkan yang bersangkutan oknum anggota Polisi Bripka H sudah diperiksa di propam Polrestabes Surabaya.