Nahkoda Lama Dipercaya Kembali, KJJT Pamekasan Tegaskan Marwah Profesi Wartawan

Berita, Daerah, Peristiwa303 Dilihat

Pamekasan, tretan.news Komunitas Jurnalis Jawa Timur (KJJT) Pamekasan menggelar Konferensi Wilayah (Konferwil) di Kota Batu, Jawa Timur, pada Sabtu-Minggu (20-21 Desember 2025), sebagai momentum konsolidasi dan penentuan arah perjuangan organisasi.

Dalam Konferwil tersebut, Isma’il kembali dipercaya sebagai ketua dan Syafrawi terpilih sebagai sekretaris KJJT Pamekasan untuk masa bakti 2026-2028. Keduanya terpilih melalui mekanisme musyawarah yang mencerminkan kehendak kolektif anggota untuk melanjutkan kepemimpinan yang dinilai tegas, berani, dan konsisten menjaga marwah profesi wartawan.

Selain pemilihan nahkoda organisasi, forum tersebut menjadi momentum penegasan sikap kolektif insan pers terhadap berbagai problem serius dunia jurnalistik, mulai dari lemahnya independensi, maraknya jurnalisme transaksional, hingga tekanan kekuasaan terhadap kebebasan pers.

Terpilihnya kembali Isma’il—yang akrab disapa Cak Ma’il—menjadi sinyal kuat bahwa mayoritas anggota menginginkan KJJT Pamekasan tetap berdiri kokoh sebagai organisasi profesi yang tidak lunak terhadap intervensi kekuasaan dan kepentingan ekonomi.

Selama periode sebelumnya, Isma’il dinilai berhasil menjaga soliditas internal organisasi, memperluas jejaring kelembagaan, serta konsisten mendorong praktik jurnalisme yang kritis, independen, dan berpihak pada kepentingan publik dan berpihak pada kepentingan publik.

Dalam sambutannya, Cak Ma’il secara terbuka mengkritik kondisi pers yang berada di persimpangan jalan. Ia menegaskan bahwa ketika wartawan mulai takut pada kekuasaan dan tergoda pada kepentingan pragmatis, maka pada saat itu pula pers kehilangan perannya sebagai pilar demokrasi.

“Ketika wartawan takut pada kekuasaan dan tergoda pada amplop, maka pers berhenti menjadi pilar demokrasi. KJJT tidak boleh ikut arus itu,” tegas Cak Ma’el di hadapan peserta Konferwil.

Ia menambahkan, KJJT Pamekasan harus terus mengambil peran sebagai benteng moral bagi jurnalis, dengan menjaga keberanian bersikap, menolak segala bentuk tekanan, serta tetap berpihak pada kebenaran dan kepentingan masyarakat luas.

“KJJT Pamekasan harus menjadi benteng moral bagi jurnalis. Kita tidak boleh tunduk pada tekanan, tidak boleh tergoda kepentingan, dan harus tetap berpihak pada kebenaran serta kepentingan publik,” ujarnya.

Pernyataan tersebut menegaskan komitmen kepengurusan baru untuk mengambil posisi yang lebih tegas dalam menjaga independensi dan etika jurnalistik, termasuk melakukan pembenahan internal terhadap anggota organisasi sendiri sebagai bagian dari upaya menjaga kredibilitas.

Sementara itu, penunjukan Syafrawi sebagai Sekretaris dipandang sebagai langkah strategis untuk memperkuat tata kelola organisasi yang selama ini kerap menjadi titik lemah banyak organisasi profesi. Transparansi administrasi, kedisiplinan organisasi, serta akuntabilitas kepengurusan menjadi fokus utama yang akan dibenahi.

Pria yang biasa disapa Mas Awi tersebut menegaskan bahwa organisasi jurnalis tidak boleh dikelola secara serampangan apalagi dijadikan alat legitimasi kepentingan pribadi atau kelompok tertentu.

“KJJT tidak boleh menjadi stempel kepentingan. Organisasi ini harus bersih, tertib, dan berani mengoreksi diri sebelum mengoreksi pihak lain,” ujarnya.

Konferwil menetaskan sejumlah rekomendasi penting. Antara lain;   penguatan integritas wartawan, penolakan tegas terhadap praktik jurnalisme transaksional, serta peningkatan kapasitas anggota melalui pendidikan dan pelatihan jurnalistik.

Forum ini secara tidak langsung menjadi kritik terhadap kondisi pers lokal yang dinilai mulai kehilangan daya kritis dan fungsi kontrol sosialnya. KJJT Pamekasan diharapkan mampu menjadi ruang perlawanan moral di tengah derasnya arus pragmatisme media.

Dengan terpilihnya kembali Isma’il sebagai Ketua dan Syafrawi sebagai Sekretaris, KJJT Pamekasan mengirimkan pesan tegas bahwa pers masih memiliki keberanian untuk bersuara, meskipun risiko tekanan, intimidasi, dan kepentingan transaksional terus mengintai.

Kegiatan tersebut dinilai menjadi penanda penting bahwa masa depan pers lokal ditentukan oleh keberanian jurnalis menjaga integritasnya sendiri, bukan oleh kedekatan dengan kekuasaan, apalagi transaksi kepentingan yang menggerus kepercayaan publik.

 

Sumber: Divisi Humas KJJT Pamekasan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *