SURABAYA, Tretan.News – Kelompok kerja wartawan Rumah Literasi Digital (RLD) Surabaya bekerja sama dengan media daring Tretan.news menggelar Workshop for TikTok Affiliate Marketers and Sellers di kantor RLD, Jalan Kacapiring Nomor 6, Kelurahan Ketabang, Kecamatan Genteng, Surabaya, Jumat (12/12/2025) malam.
Kegiatan yang dimulai pukul 19.00 WIB tersebut diikuti oleh 14 awak media Tretan.news. Workshop ini bertujuan memperkuat literasi monetisasi digital serta memperluas kompetensi awak media daring di tengah dinamika industri pers dan ekonomi kreator.
Materi workshop dibagi menjadi dua sesi. Materi Sellers difasilitasi oleh Isnan Effendi, S.I.Kom. dari RLD, sedangkan materi Affiliate Marketers disampaikan oleh Ainul Makin Aminullah, S.E. dari Tretan.news.
Pemimpin Redaksi Tretan.news, M. Umar, mengatakan bahwa workshop ini menjadi bagian dari upaya adaptasi media lokal terhadap perubahan ekosistem digital.
“Workshop ini penting karena menjawab tantangan struktural industri media, kebutuhan literasi monetisasi, relevansi kompetensi jurnalistik dengan ekonomi kreator, serta urgensi etika dan diversifikasi peran awak media daring,” ujar Umar.
Isnan Effendi selaku inisiator kegiatan menilai, pemahaman terhadap platform digital seperti TikTok perlu diperluas, tidak hanya dilihat dari sisi hiburan.
“TikTok perlu dipahami sebagai ekosistem platform yang mempertemukan kreator, penjual, afiliasi, audiens, dan algoritma. Perspektif ini penting agar peserta tidak salah dalam memosisikan peran mereka,” kata Isnan.
Sementara itu, dalam sesi pengantar, Ainul Makin Aminullah menekankan bahwa praktik afiliasi di TikTok tidak identik dengan penjualan agresif.
“TikTok affiliate bukan hanya soal hard selling, tetapi value-based marketing. Dibutuhkan growth mindset, karena hasil afiliasi dan penjualan bersifat akumulatif dan berbasis proses,” ujar Ainul.
RLD Surabaya dan Tretan.news Gelar TikTok Affiliate Workshop untuk Awak Media Workshop ini dirancang secara berkelanjutan dan fleksibel.
Sesi tatap muka menjadi fondasi awal, sementara pendampingan lanjutan dilakukan melalui grup WhatsApp untuk
menjaga kontinuitas pembelajaran.
Model tersebut dinilai sesuai dengan karakter kerja awak pers media daring yang adaptif dan berbasis kolaborasi.
Dengan pengelolaan yang konsisten, kegiatan ini berpotensi berkembang menjadi ekosistem belajar yang produktif dan berkelanjutan.
Sebagai tindak lanjut, panitia membentuk grup WhatsApp bertajuk Kampung Gangster Digital (KGD).
Grup ini diharapkan menjadi ruang pembelajaran kolektif sekaligus sarana komunikasi yang mereinterpretasi identitas kampung dan istilah “gangster” ke dalam makna baru yang produktif di ranah digital.








