BANGKALAN, tretan.news – Kalau biasanya biliar identik dengan lampu temaram, meja hijau, dan gaya ala film barat, lain cerita di Blega, Bangkalan. Di sini, pemain biliar tampil dengan sarung dan kopiah.
Jadinya, begitu serius membidik bola, tapi begitu jongkok sarung ikut melorot, suasananya pun mendadak berubah jadi tontonan hiburan. Jum’at (12/09/2025.
Meski terkesan lucu, jangan salah: skill mereka bukan main-main. Ada yang pukulannya mirip Efren Reyes, ada juga yang gaya angkat stiknya seperti atlet internasional.
Bedanya, kalau di luar negeri pakai sepatu olahraga, di sini pakai sandal jepit atau malah nyeker.
Fenomena ini seharusnya jadi perhatian pemerintah. Masa iya, bakat sebesar ini dibiarkan begitu saja? Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Bangkalan mestinya jangan cuma sibuk bikin spanduk “ayo berolahraga”, tapi juga turun tangan bikin turnamen.
Biar biliar tak hanya sekadar hobi, tapi bisa jadi prestasi, bahkan dari kalangan santri.
“Kalau ada lomba resmi, kita siap. Santri pun bisa juara biliar, asal bukan cuma juara ngopi,” celetuk salah satu pemain sambil merapikan sarungnya.
Anak muda Madura sudah membuktikan, olahraga tak harus meninggalkan identitas budaya. Tinggal sekarang, apakah pemerintah mau hadir memberi panggung, atau hanya jadi penonton
“Anak muda Madura tidak kalah dalam hal bakat. Yang dibutuhkan hanyalah wadah, pembinaan, serta kepercayaan. Jika pemerintah hadir, bukan tidak mungkin akan lahir atlet biliar berprestasi dari Madura,” ujar salah satu pegiat biliar di Blega.