Dari Pati ke Jawa Timur: Cak Sholeh Sindir “Gubernur Sibuk Nyepil Buah”

Berita, Hukum, Politik308 Dilihat

SURABAYA, tretan.news – Demo besar di Kabupaten Pati, Jawa Tengah, Rabu (13/8/2025), ternyata bukan sekadar unjuk rasa. Ia ibarat “virus demo” yang berpotensi menular ke daerah lain dan Jawa Timur disebut sebagai kandidat paling empuk.

Bupati Pati, Sudewo, jadi sasaran kritik karena dianggap abai pada rakyat. Namun, menurut Ketua Umum Ormas Madura Nusantara (MANTRA) yang juga advokat kondang, Muhammad Sholeh alias Cak Sholeh, masalah di Jawa Timur justru jauh lebih “lezat” untuk dijadikan bahan demo.

Usai berorasi di hadapan puluhan ribu massa di Pati, Cak Sholeh kebanjiran pesan dari warga Jawa Timur. Pertanyaannya sederhana namun menusuk, “Kapan giliran Gubernur Jawa Timur yang didemo? Kapan model Pati itu dipindah ke Surabaya?”

Menurut Cak Sholeh, kasus di Pati hanya “cemilan ringan”. Sementara di Jawa Timur tersedia menu lengkap:

– Dugaan korupsi DPRD Rp 2 triliun,
– Hibah triliunan rupiah yang raib,
– Korupsi Bank Jatim Rp 500 miliar,
– Korupsi Dinas Pendidikan Rp 50 miliar,
– Hingga pungli SMA negeri yang membuat ijazah siswa ditahan.

Sayangnya, di tengah “pesta korupsi” itu, Gubernur Khofifah Indar Parawansa justru, kata Cak Sholeh, “mbidek alias cuek bebek.”

“Nyatanya Gubernur nggak peduli. Kita minta aturan larangan pungli saja nggak dihiraukan. Kayak ngomong sama tembok,” ucapnya.

Tak tanggung-tanggung, Cak Sholeh menyebut sikap Khofifah dzalim dan arogan. Menurutnya, gubernur lebih sibuk dengan hal-hal remeh ketimbang urusan rakyat kecil.

“Pemimpin ini lebih asik nyepil buah ketimbang nyepil masalah rakyat,” sindirnya.

Ini bukan sekadar olok-olok. Bagi Cak Sholeh, seorang pemimpin harus hadir untuk wong cilik, bukan sekadar berpose dengan buah segar demi pencitraan.

Cak Sholeh juga merencanakan gerakan lanjutan dengan menggandeng massa dari berbagai kabupaten di Jawa Timur. Salah satu isu utama yang akan diangkat adalah soal pengampunan pajak kendaraan bermotor.

Menurutnya, kebijakan yang digulirkan Gubernur hanya separuh hati. “Hanya untuk Gojek dan kalangan tertentu. Ini pengampunan pajak rasa pilih kasih,” tegasnya.

Untuk itu, ia menyiapkan posko perjuangan di depan Gedung Negara Grahadi, Surabaya. Posko ini bukan hanya untuk logistik, tapi juga simbol kebersamaan.

“Nggak peduli miskin, kaya, setengah kaya, setengah miskin semua harus ikut ngingetin gubernur. Biar paham kalau rakyat nggak bisa terus-terusan dibodohi,” katanya.

Dukungan Solid dari MANTRA

Gerakan ini tidak berjalan sendiri. Para pengurus dan anggota Ormas Madura Nusantara (MANTRA) kompak menyatakan dukungan penuh. Dukungan itu bukan sekadar basa-basi ala pejabat rapat, melainkan komitmen nyata untuk berjalan dalam satu barisan.

Munawar, salah satu pengurus DPP MANTRA, menegaskan sikap itu.
“Gerakan yang akan dilakukan Pak Ketum Mantra tentu menjadi komando bersama. Saya pribadi siap satu komando, dan akan mendukung penuh dengan segala kemampuan yang ada,” ujarnya.

Pernyataan Munawar menegaskan bahwa di tubuh MANTRA tak ada istilah pengurus setengah hati atau anggota model “absen rapat, hadir saat makan siang.” Semua diarahkan pada satu tujuan: mengawal aspirasi rakyat dengan aksi nyata.

Cak Sholeh menutup sindirannya dengan kalimat telak: “Nggak peduli jilbaban, yang penting pemimpin harus baik.” pungkasnya.

Pesan itu jelas, Jawa Timur sedang butuh pemimpin yang bukan hanya pandai berpose, tetapi juga berani membersihkan busuknya dapur kekuasaan. Jika tidak, aroma demo dari Pati tinggal menunggu waktu menjalar hingga ke Grahadi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *