Serikat Pedagang Kaki Lima (SPEKAL) Jombang Rayakan HUT RI ke-80: Nasionalisme dari Jalanan

Penulis : M.Umar

Berita, Budaya349 Dilihat

JOMBANG, tretan.news – Di tengah kemeriahan perayaan HUT RI ke-80, para pedagang kaki lima yang tergabung dalam Serikat Pedagang Kaki Lima (Spekal) Jombang memilih cara berbeda dalam merayakan kemerdekaan.

Mereka menggelar upacara bendera sederhana namun penuh makna di kawasan sentra kuliner Jombang, Minggu (17/8/2025).

Ratusan pedagang hadir dengan nuansa merah putih, berbaur dalam suasana khidmat. Ketua Spekal Jombang, Joko Fattah Rokhim, bertindak sebagai pembina upacara. Lagu Indonesia Raya menggema lantang, mengiringi Sang Merah Putih berkibar dengan gagah.

Prosesi dilanjutkan dengan pembacaan teks Proklamasi 17 Agustus 1945 dan UUD 1945, seolah mengingatkan bahwa kemerdekaan adalah hak seluruh rakyat tanpa terkecuali.

“Upacara ini sebagai wujud rasa nasionalisme para pedagang kaki lima Jombang, sekaligus menumbuhkan semangat cinta tanah air. Ini bentuk apresiasi terhadap pengorbanan para pejuang yang telah gugur memperjuangkan kemerdekaan,” ungkap Fattah.

Yang membuat upacara ini semakin unik, pembawa acara menggunakan bahasa Jawa dalam memandu jalannya prosesi. Suasana pun terasa lebih akrab dan membumi, seakan menyatukan semangat nasionalisme dengan identitas budaya lokal.

“Bahasa Jawa itu lebih enak, karena sehari-hari kita memang menggunakan bahasa Jawa, jadi terasa lebih pas dan menyentuh hati,” jelas Fattah.

Usai upacara, para pedagang menghadirkan atraksi parodi perjuangan rakyat sebelum kemerdekaan 1945.

Meski sederhana, pertunjukan itu sarat pesan, rakyat kecil dulu berjuang dengan bambu runcing melawan penjajah, kini mereka tetap berjuang hanya saja musuhnya berbeda, berupa kesulitan hidup, kebijakan yang tak selalu berpihak, hingga stigma yang melekat pada pedagang kecil.

Di balik gelak tawa penonton, terselip makna mendalam. Kemerdekaan bukan sekadar seremoni tahunan, melainkan ruang hidup yang adil bagi semua lapisan masyarakat.

Pedagang kaki lima ingin mengingatkan bahwa nasionalisme bukan hanya kata-kata indah di podium megah, tetapi perjuangan nyata di trotoar, pasar, dan jalanan tempat rakyat kecil menggantungkan hidupnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *